Selamat Datang Di Blognya Ozy Shira

Rabu, 04 Juli 2018

SEJARAH ISLAM YANG HILANG

SEJARAH ISLAM YANG HILANG
Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu

Firas AlKhateeb, seorang Peneliti Sejarah Islam di Universal School, Bridgeview, Illinois serta pendiri Situs Jaringan Lost Islamic History telah menyelesaikan penulisan buku ini. “Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu” merupakan buku hasil terjemahan dari “Lost History: Reclaiming Muslim Civilisation from The Past”, terbitan Hurst & Company pada tahun 2014. Buku ini diterjemahkan oleh Mursyid Wijanarko, yang kemudian disunting oleh Eka Saputra dan Nurjannah Intan. Buku terjemahan yang tersusun atas vii + 300 halaman ini dicetak pertama kali pada Maret 2016 oleh Penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta, yang kemudian disusul dengan cetakan kedua pada September 2016.
Mengingatkan kembali pada mata pelajaran sejarah di Madrasah Tsanawiyah, bagian awal goresan Firas Alkhateeb ini memaparkan kehidupan Arab Pra Islam dan kehidupan umat di bawah pimpinan Rasulullah. Selanjutnya, dengan bahasa yang tergolong mudah dipahami pembaca, Firas menuliskan secara singkat kiprah para khalifah usai sepeninggal Rasulullah.
Abu Bakar sebagai Khulafaur Rasyidin pertama berhasil menstabilkan keadaan negara sebelum wafatnya. Disusul khalifah yang kedua, Umar bin Khattab yang sukses mengubah negara islam muda yang mulanya terdiri dari masyarakat perampas di gurun menjadi sebuah kekuatan regional. Keberhasilan tersebut diraihnya, setelah 10 tahun masa kekhalifahan. Tentu saja, sebelum pemimpin yang luar biasa itu dibunuh oleh tangan seorang budak Persia.
Selanjutnya, Utsman bin Affan yang melakukan pembangunan armada angkatan laut pertama dalam sejarah islam demi menggagalkan setiap serangan balik Byzantium, adalah khalifah ketiga. Namun, nasib akhir beliau pun tak jauh beda dengan khalifah sebelumnya. Utsman wafat lantaran dibunuh oleh pemberontak, saat beliau tengah membaca Kalam-NYA. Kemudian, Ali bin Abi thalib terpilih menjadi penggantinya. Kepemimpinan Ali juga tak bertahan terlalu lama. Dampak peristiwa pembunuhan Utsman, terbawa hingga akhir kekhalifahan Ali. Hal tersebut mengakibatkan terpecahnya umat. Terbentuklah kelompok pendukung (Syi'ah) dan penentangnya (Khawarij). Hingga berakhirlah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, dengan meninggalnya Ali ditangan Khawarij, saat beliau sedang menunaikan shalat subuh di masjid di Kufa.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir, tambuk pemerintahan dipegang oleh Muawiyah, sepupu Ali bin Abi Thalib. Kekuasaannya menandai awal Kekhalifahan Umayyah dengan sistem monarchi absolut. Muawiyah menggunakan cara kepemimpinan Arab pra Islam seperti menggunakan hubungan keluarga, kode kehormatan tak tertulis dan hadiah untuk melancarkan jalan politiknya.
Dengan 19 tahun masa pemerintahannya, Muawiyah berhasil mempersatukan dunia islam usai kekacauan pada masa khalifah Ali. Namun demikian, setelahnya, terjadi konflik besar. Hal ini dikarenakan, Muawiyah menunjuk Yazid, anak Muawiyah, sebagai khalifah. Perangai Yazid yang jauh dari gaya hidup orang beriman (karena dia menyukai alkohol, gadis penyanyi, dan kemewahan) membuat beberapa orang seperti Abdullah bin Zubair memberontak. Tidak cukup sampai disini, secara singkat Firas Alkhateeb, menggambarkan masa Bani Umayyah, hingga akhirnya, kekhalifahan diambil alih oleh Bani Abbasiyah.
Masa kekhalifahan Al Ma'mun, khalifah ketujuh Bani Abbasiyah adalah masa keemasan intelektual. Pada masanya, muncul ilmuan-ilmuan muslim yang beberapa dari mereka kini telah tergeser oleh nama-nama ilmuan Eropa.
Matematika adalah ilmu dasar bagi semua ilmu pengetahuan. Dari teori aljabar Muhammad bin Musa Al Khawarizmi, Umar Khayyam mampu memecahkan persamaan kubik dan memformulasikan teorema binomial. Selanjutnya, Al Battani, melalui teori aljabar juga mampu mengembangkan trigonometri dan kalkulus. Ilmu inilah yang kemudian digunakan umat islam untuk menghitung titik koordinat dan arah kiblat suatu tempat dengan tepat. Hasil perkembangan ilmu matematika, kemudian dikembangkan dalam ilmu astronomi, sehingga kita dapat mengetahui gerak planet dan benda-benda langit mengitari matahari.
Selanjutnya, ilmu astronomi dikembangkan menjadi ilmu geografi, yang mampu mematahkan mitos lama bahwa Christopher Columbus menemukan bahwa bumi itu bulat. Tidak hanya ilmu-ilmu tersebut, masa Al Ma'mun benar-benar masa keemasan intelektual. Selain berbagai ilmu dasar tersebut, dikembangkan juga ilmu lain seperti ilmu kedokteran yang melejitkan nama Ibnu Sina yang berkeyakinan bahwa semua hal dalam tubuh dapat dipahami melalui rangkaian sebab akibat. Ada pula ilmu fisika yang menyebutkan nama Ibnu Al Haitsam sebagai penemu Kamera dengan pemanfaatan sifat cahaya. Lalu ilmu fiqih dan hadits yang memunculkan empat madzhab dan beberapa perawi. Dan yang terakhir, dalam bagian ini, Firas menggambarkan kemunculan ilmu Teologi.
Lebih lanjut, dalam buku ini, Firas Alkhateeb juga memaparkan mengenai Kekaisaran OTTOMAN, salah satu hal yang membuat saya merasa tertarik dengan Turki.
Sedikit cerita. Mehmet, yang memdapat sebutan "Sang Penakluk", sukses menaklukkan kota legendaris Konstantinopel. Bahkan, beliau berhasil menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota pemerintahan. Saat itulah kekaisaran ottoman berada di puncak dunia islam. Sang penakluk terus memperluas wilayah Ottoman secara militer. Bendera Ottoman berkibar hingga Serbia, Bosnia, Moldova dan Albania. Ekspansi militer tersebut terus dilanjutkan hingga pemerintahan Bayezid II dan Salim I. .
Selanjutnya, hal yang paling menarik adalah mengenai peran religius Ottoman. Kekaisaran Ottoman sebagai negara Islam tak menindas dan menaklukkan penduduk non muslim. Sesuai dengan hukum islam, non muslim diperbolehkan melakukan ibadah berdasarkan agamanya. Selain itu, Ottoman mengizinkan orang kristen dan yahudi membentuk komunitas semi-otonom. Dalam sistem "millet" non muslim diperbolehkan memilih pimpinanya sendiri, yg mewakili mereka dalam pemerintahan Ottoman. Pemimpin ini berlaku sebagai perantara antara Sultan Ottoman dengan berbagai komunitas kepercayaan dalam kerajaan. .
Masa keemasan Ottoman terjadi pada 46 tahun masa kekuasaan Sultan Suleiman, yang dikenal dengan "Kanuni" (Sang pembuat hukum).
Pada bagian terakhir, Firas Alkhateeb menggambarkan mengenai Perang Dunia 1 yang kemudian menyebabkan kematian akhir dari kontrol politik Islam. Ottoman telah ditaklukkan dan dijajah oleh Inggris, Prancis, Rusia, dan Italia. Untuk melawan pendudukan asing, Mustafa Kemal, perwira tentara Ottoman, mengumpulkan rekan-rekan sebangsanya yg terjun dalam Perang Dunia 1. Sampai akhirnya, penjajah dapat diusir pada tahun 1919 dan 1922.
Pada akhir perang kemerdekaan, Mustafa Kemal mengumumkan pembentukan negara baru, TURKI sebagai pengganti Kerajaan Ottoman. Kemal mendapat julukan "Ataturk" yang berarti Bapak Bangsa Turki. Demi menghapuskan masa lalu Islam, Ataturk menghapuskan kekhalifahan Turki yang dipegang Ottoman sejak 1517. 
Pada 1924, khalifah terakhir, Abdulmajid II dipaksa turun tahta dan diasingkan ke Eropa. Ataturk juga melarang pemakaian hijab dan topi fez, menutup komunitas sufi, secara resmi menyatakan syariah tidak berlaku. Hal yang paling parah adalah beliau melarang azan dikumandangkan di menara masjid. Selain itu, huruf arab juga dihapuskan, digantikan dengan mengadopsi huruf latin untuk menulis bahasa Turki. Kosakata serapan dari bahasa Arab dan Persia juga digantikan dengan kosakata kuno Turki dari Asia Tengah. Dari sinilah, berbagai konflik serta peperangan etnis dan agama dimulai.

Alkhateeb, Firas. 2016. Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
(Terjemahan dari : Alkhateeb, Firas. 2014. Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past. Hurst & Company)

Salatiga, 5 Juli 2018, 09:37 am
Oleh OZY SHIRA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar