SEJARAH ISLAM YANG HILANG
Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu
Firas AlKhateeb, seorang Peneliti Sejarah Islam di
Universal School, Bridgeview, Illinois serta pendiri Situs Jaringan Lost
Islamic History telah menyelesaikan penulisan buku ini. “Sejarah Islam yang
Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu” merupakan buku hasil
terjemahan dari “Lost History: Reclaiming Muslim Civilisation from The Past”,
terbitan Hurst & Company pada tahun 2014. Buku ini diterjemahkan oleh
Mursyid Wijanarko, yang kemudian disunting oleh Eka Saputra dan Nurjannah
Intan. Buku terjemahan yang tersusun atas vii + 300 halaman ini dicetak pertama
kali pada Maret 2016 oleh Penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta, yang kemudian
disusul dengan cetakan kedua pada September 2016.
Mengingatkan
kembali pada mata pelajaran sejarah di Madrasah Tsanawiyah, bagian awal goresan
Firas Alkhateeb ini memaparkan kehidupan Arab Pra Islam dan kehidupan umat di
bawah pimpinan Rasulullah. Selanjutnya,
dengan bahasa yang tergolong mudah dipahami pembaca, Firas menuliskan secara
singkat kiprah para khalifah usai sepeninggal Rasulullah.
Abu Bakar sebagai Khulafaur Rasyidin
pertama berhasil menstabilkan keadaan negara sebelum wafatnya. Disusul khalifah
yang kedua, Umar bin Khattab yang sukses mengubah negara islam muda yang
mulanya terdiri dari masyarakat perampas di gurun menjadi sebuah kekuatan
regional. Keberhasilan tersebut diraihnya, setelah 10 tahun masa kekhalifahan.
Tentu saja, sebelum pemimpin yang luar biasa itu dibunuh oleh tangan seorang
budak Persia.
Selanjutnya, Utsman bin Affan yang
melakukan pembangunan armada angkatan laut pertama dalam sejarah islam demi
menggagalkan setiap serangan balik Byzantium, adalah khalifah ketiga. Namun,
nasib akhir beliau pun tak jauh beda dengan khalifah sebelumnya. Utsman wafat
lantaran dibunuh oleh pemberontak, saat beliau tengah membaca Kalam-NYA.
Kemudian, Ali bin Abi thalib terpilih menjadi penggantinya. Kepemimpinan Ali
juga tak bertahan terlalu lama. Dampak peristiwa pembunuhan Utsman, terbawa
hingga akhir kekhalifahan Ali. Hal tersebut mengakibatkan terpecahnya umat.
Terbentuklah kelompok pendukung (Syi'ah) dan penentangnya (Khawarij). Hingga
berakhirlah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, dengan meninggalnya Ali
ditangan Khawarij, saat beliau sedang menunaikan shalat subuh di masjid di
Kufa.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir, tambuk pemerintahan dipegang oleh
Muawiyah, sepupu Ali bin Abi Thalib. Kekuasaannya menandai awal Kekhalifahan
Umayyah dengan sistem monarchi absolut. Muawiyah menggunakan cara
kepemimpinan Arab pra Islam seperti menggunakan hubungan keluarga, kode
kehormatan tak tertulis dan hadiah untuk melancarkan jalan politiknya.
Dengan 19 tahun masa
pemerintahannya, Muawiyah berhasil mempersatukan dunia islam usai kekacauan pada masa
khalifah Ali. Namun demikian, setelahnya, terjadi konflik besar. Hal ini dikarenakan, Muawiyah menunjuk Yazid, anak Muawiyah, sebagai
khalifah. Perangai Yazid yang jauh dari gaya hidup orang beriman (karena dia menyukai alkohol, gadis penyanyi, dan kemewahan) membuat beberapa orang
seperti Abdullah bin Zubair memberontak. Tidak cukup sampai disini, secara
singkat Firas Alkhateeb, menggambarkan masa Bani Umayyah, hingga akhirnya,
kekhalifahan diambil alih oleh Bani Abbasiyah.
Masa kekhalifahan Al Ma'mun,
khalifah ketujuh Bani Abbasiyah adalah masa keemasan intelektual. Pada masanya,
muncul ilmuan-ilmuan muslim yang beberapa dari mereka kini telah tergeser oleh
nama-nama ilmuan Eropa.
Matematika adalah ilmu dasar bagi
semua ilmu pengetahuan. Dari teori aljabar Muhammad bin Musa Al Khawarizmi,
Umar Khayyam mampu memecahkan persamaan kubik dan memformulasikan teorema
binomial. Selanjutnya, Al Battani, melalui teori aljabar juga mampu
mengembangkan trigonometri dan kalkulus. Ilmu inilah yang kemudian digunakan
umat islam untuk menghitung titik koordinat dan arah kiblat suatu tempat dengan
tepat. Hasil perkembangan ilmu matematika, kemudian dikembangkan dalam ilmu
astronomi, sehingga kita dapat mengetahui gerak planet dan benda-benda langit
mengitari matahari.
Selanjutnya, ilmu astronomi
dikembangkan menjadi ilmu geografi, yang mampu mematahkan mitos lama bahwa
Christopher Columbus menemukan bahwa bumi itu bulat. Tidak hanya ilmu-ilmu
tersebut, masa Al Ma'mun benar-benar masa keemasan intelektual. Selain berbagai ilmu
dasar tersebut, dikembangkan juga ilmu lain seperti ilmu kedokteran yang
melejitkan nama Ibnu Sina yang berkeyakinan bahwa semua hal dalam tubuh dapat
dipahami melalui rangkaian sebab akibat. Ada pula ilmu fisika yang menyebutkan
nama Ibnu Al Haitsam sebagai penemu Kamera dengan pemanfaatan sifat cahaya.
Lalu ilmu fiqih dan hadits yang memunculkan empat madzhab dan beberapa perawi.
Dan yang terakhir, dalam bagian ini, Firas menggambarkan kemunculan ilmu
Teologi.
Lebih lanjut,
dalam buku ini, Firas Alkhateeb juga memaparkan mengenai Kekaisaran OTTOMAN, salah satu hal yang membuat saya merasa
tertarik dengan Turki.
Sedikit cerita. Mehmet, yang
memdapat sebutan "Sang Penakluk", sukses menaklukkan kota legendaris
Konstantinopel. Bahkan, beliau berhasil menjadikan kota tersebut sebagai ibu
kota pemerintahan. Saat itulah kekaisaran ottoman berada di puncak dunia islam.
Sang penakluk terus memperluas wilayah Ottoman secara militer. Bendera Ottoman
berkibar hingga Serbia, Bosnia, Moldova dan Albania. Ekspansi militer tersebut
terus dilanjutkan hingga pemerintahan Bayezid II dan Salim I. .
Selanjutnya, hal yang paling menarik
adalah mengenai peran religius Ottoman. Kekaisaran Ottoman sebagai negara Islam
tak menindas dan menaklukkan penduduk non muslim. Sesuai dengan hukum islam,
non muslim diperbolehkan melakukan ibadah berdasarkan agamanya. Selain itu,
Ottoman mengizinkan orang kristen dan yahudi membentuk komunitas semi-otonom.
Dalam sistem "millet" non muslim diperbolehkan memilih pimpinanya
sendiri, yg mewakili mereka dalam pemerintahan Ottoman. Pemimpin ini berlaku
sebagai perantara antara Sultan Ottoman dengan berbagai komunitas kepercayaan dalam kerajaan. .
Masa keemasan Ottoman terjadi pada
46 tahun masa kekuasaan Sultan Suleiman, yang dikenal dengan "Kanuni"
(Sang pembuat hukum).
Pada bagian
terakhir, Firas Alkhateeb menggambarkan mengenai Perang Dunia 1 yang kemudian menyebabkan
kematian akhir dari kontrol politik Islam. Ottoman telah ditaklukkan dan
dijajah oleh Inggris, Prancis, Rusia, dan Italia. Untuk melawan pendudukan
asing, Mustafa Kemal, perwira tentara Ottoman, mengumpulkan rekan-rekan
sebangsanya yg terjun dalam Perang Dunia 1. Sampai akhirnya, penjajah
dapat diusir pada tahun 1919 dan 1922.
Pada akhir perang kemerdekaan,
Mustafa Kemal mengumumkan pembentukan negara baru, TURKI sebagai pengganti
Kerajaan Ottoman. Kemal mendapat julukan "Ataturk" yang
berarti Bapak Bangsa Turki. Demi menghapuskan masa lalu Islam, Ataturk
menghapuskan kekhalifahan Turki yang dipegang Ottoman sejak 1517.
Pada 1924, khalifah terakhir,
Abdulmajid II dipaksa turun tahta dan diasingkan ke Eropa.
Ataturk juga melarang pemakaian hijab dan topi fez, menutup
komunitas sufi, secara resmi menyatakan syariah tidak berlaku. Hal yang paling parah adalah beliau melarang azan dikumandangkan di menara masjid. Selain itu,
huruf arab juga dihapuskan, digantikan dengan mengadopsi huruf latin untuk
menulis bahasa Turki. Kosakata serapan dari bahasa Arab dan Persia
juga digantikan dengan kosakata kuno Turki dari Asia Tengah. Dari sinilah,
berbagai konflik serta peperangan etnis dan agama dimulai.
Alkhateeb, Firas. 2016. Sejarah
Islam yang Hilang: Menelusuri
Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
(Terjemahan
dari : Alkhateeb, Firas. 2014. Lost
Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past. Hurst & Company)
Salatiga, 5 Juli 2018, 09:37 am
Oleh OZY SHIRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar