Penting bagi
generasi penerus bangsa untuk menelaah kembali isi Sumpah Pemuda. Sebagaimana
telah kita ketahui bersama, bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28
Oktober 1928 berbunyi:
1. Kami putra putri Indonesia mengaku, bertumpah
darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2. Kami putra putri Indonesia mengaku, berbangsa
yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami putra putri Indonesia mengaku,
menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Melalui
Sumpah Pemuda, Bangsa Indonesia telah dipersatukan oleh sejarahnya. Dengan
semangat perjuangan, para pemuda Indonesia membangun persatuan dan kesatuan
untuk melawan penjajahan. Namun demikian, yang terjadi saat ini justru
sebaliknya. Indonesia seolah merelakan penjajahan untuk terus menggerogoti
tubuh bangsa. Bagaimana tidak? Ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) di era ini
rela menjadi buruh di perusahaan-perusahaan asing yang berkembang di Indonesia.
Sebagian besar pabrik-pabrik garment, tekstil, dan makanan yang berkembang di Indonesia dipimpin
oleh Warga Negara Asing (WNA), sementara WNI menjadi budak di negaranya sendiri.
Dengan demikian secara tidak langsung, Indonesia justru memakmurkan Negara lain
dan menindas negaranya sendiri. Selain itu, penjajahan halus juga dapat
ditemukan dalam dunia perekonomian pasar Indonesia yang saat ini tengah
didominasi oleh para pedagang China.
Dalam hal ini, Indonesia tengah mengalami krisis kepercayaan
diri. Pemuda Indonesia tidak lagi percaya bahwa kita mampu menjadi lebih baik
dari Negara lain. Semangat perjuangan bangsa Indonesia mulai luntur bersamaan
dengan lunturnya kepercayaan diri. Karena itulah, penting bagi kita, mahasiswa,
sebagai kaum intelektual bangsa Indonesia untuk berusaha sekuat mungkin mengisi
dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kembali. Hal ini dapat dilakukan
dengan terus menggali dan mengamalkan ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian
masing-masing sehingga mampu mengubah image Indonesia menjadi lebih baik di
mata Negara lain. Kontribusi pemuda sangat dibutuhkan oleh bangsa.
Selanjutnya, bentuk penjajahan
lain yang saat ini menjadi kebanggaan pemuda Indonesia adalah penjajahan budaya.
Semakin canggihnya teknologi memberikan kesempatan yang cukup luas bagi Negara
lain untuk melunturkan budaya Indonesia. Sebagai contoh, saat ini, para pemuda
Indonesia lebih bangga ketika mampu menarikan dance K-Pop asal
Korea daripada menarikan tarian adat Indonesia atau bahkan pemuda saat ini
lebih tertarik untuk mengikuti gaya hidup orang barat. Dalam hal ini, terjadi
dua macam krisis yakni krisis kepercayaan diri akan budayanya sendiri dan
krisis moral yang ditunjukkan dengan merebaknya gaya hidup, seperti cara
berpakaian dan berperilaku orang barat di Indonesia. Oleh sebab itu, pemuda
Indonesia perlu menyadari dan menerapkan budayanya sendiri dengan berusaha
mengurangi ketertarikannya pada budaya asing, serta berusaha melestarikan
budaya Indonesia dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Krisis-krisis yang penulis
paparkan tersebut merupakan bentuk faktor penyebab lunturnya semangat pemuda
Indonesia yang berasal dari luar. Meskipun hal-hal tersebut berbahaya bagi
bangsa Indonesia, namun menurut penulis, faktor yang lebih berbahaya adalah
krisis moral yang berasal dari tubuh bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana
virus yang ada di dalam tubuh manusia. Ketika virus tersebut didiamkan, maka
virus akan menyebar dan sedikit demi sedikit menggerogoti tubuh bangsa.
Virus-virus tersebut antara lain, virus tawuran pelajar yang seolah menjadi
kebanggaan, virus kejahatan yang kian menjadi bahan pembicaraan, dan yang
baru-baru ini sering kita temui adalah virus korupsi yang menjadi mata
pencaharian. Jika virus-virus tersebut tidak di bunuh, maka Indonesialah yang
secara perlahan akan terbunuh. Dengan demikian, penting bagi seluruh WNI untuk
terus berusaha menjaga persatuan dan kesatuan antar warga, ikut serta
memberantas kriminalitas serta ikut berjuang menegakkan hukum dan keadilan. Usaha-usaha
tersebut dilakukan untuk mewujudkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia
yang sebenarnya, bukan sekedar kemerdekaan semu, dimana rakyat Indonesia
menjadi budak Negara lain serta terbebas dari virus-virus mematikan yang
menghambat ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar