Berbagai
perdebatan bahkan pertikaian terjadi hanya karena perbedaan ideologi. Mengapa ideologi
selalu menjadi alasan untuk saling menjatuhkan? Bukankah semua ideologi itu
baik dan benar? Bukankah semua ideologi itu diciptakan untuk menjadi pedoman
dalam mencapai tujuan yang baik? Lalu, kenapa harus saling menyalahkan? Aneh,
tapi ini kenyataan yang terjadi di lingkungan kita.
Ideologi
adalah rangkaian suatu ide-ide yang satu sama lainnya secara logis (in
logical way) memiliki keterkaitan. Menurut pakar ilmu politik Roy C.
Macridis (1989) ada empat kriteria untuk membedakan ide dengan ideologi
antara lain:
- . Comprehensiveness, yakni suatu kriteria yang memenuhi syarat menyeluruh dan luas. Suatu ideology yang matang (a full- fledge ideology) haruslah mencakup serangkaian ide-ide yang mencakup banyak hal termasuk ide besar tentang realitas kehidupan di dunia ini.
- . Pervasiveness, yakni suatu rangkaian ide-ide yang secara khusus tidak hanya dikenal sebagai suatu ideologi, tetapi juga telah membentuk keyakinan dan sikap politik dari banyak orang.
- . Existensiveness, yakni di mana ideologi merupakan suatu rangkaian ide-ide yang diikuti oleh banyak orang, dan memainkan peran yang amat menonjol dalam percaturan politik suatu bangsa atau lebih.
- . Intensiveness, yakni dimana ideologi merupakan suatu rangkaian ide-ide yang bisa memberikan suatu komitmen yang kuat bagi pengikut setianya dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keyakinan dan tindakan politiknya.
Sementara
itu, berdasarkan perspektif intelektual, terdapat empat komponen dasar ideologi,
yaitu:
- . Suatu ideology mempunyai nilai (value), yaitu suatu subjek atau situasi yang dianggap sangat berharga dan mulia, ,merupakan sesuatu yang harus di perjuangkan dan dicapai.
- . Suatu ideologi mempunyai visi tentang sebuah politik yang ideal. Setiap ideologi dilengkapi dengan visi yang menggambarkan bagaimana wujud realisasi dari suatu politik yang dikelola dengan cara terbaik.
- . Suatu ideologi harus mengandung suatu konsepsi setiap manusia (human nature), yakni mengenai apa yang dapat diperbuat oleh manusia, masyarakat dan pemerintah.
- . Suatu ideologi mempunyai strategy for action dan political tactic, untuk mengubah kebijakan yang ada menjadi suatu kebijakan yang diidealkan. (Thoha, 2003: 81-86)
Keberadaan
ideologi itu sangat penting, bahkan memang harus ada. Tetapi, setiap ideologi
memiliki tempat operasional masing-masing. Setiap ideologi memiliki pusat
penerapan tersendiri. Ideologi itu selalu memposisikan diri di tempat yang
tepat untuk dia memposisikan diri. Lalu, apa salah ideologi, hingga orang-orang
yang berideologi justru memperdebatkan kebenaran ideologi masing-masing? Lalu
bagaimana dengan orang-orang yang menjadi korban perdebatan itu? Tidakkah
terpikirkan oleh kaum ideologis tentang hal itu?
Ijinkan
penulis menggunakan sudut pandang “aku” dalam penulisan selanjutnya, untuk
melukiskan sebuah tempat.
Ijinkan aku
menuntut,
Aku ingin
menuntut sebuah keadilan…
Keadilan yang selalu
menjadi dambaan,
Bisakah, kalian
orang-orang berideologi sadar posisi?
Dimana kalian
berada?
Dan dimana
kalian berkata?
Aku punya
aturan,
Dan tempatku
bukan tempat perdebatan,
Aku punya
aturan,
Dan tempatku
bukan tempat untuk menjadikan ideologi sebagai alasan,
Aku hanya butuh
“Ide”, bukan “Ideologi”,
Ide untuk
kemajuan,
Ide untuk
perjalanan,
Dan ide untuk
kehidupan
Karena aku
adalah tempat persatuan,
Ruang
kebersamaan,
Arena
perjuangan,
Suatu area kadang hanya membutuhkan
ide- ide tanpa ideologi. Sebuah tempat kadang membutuhkan kesadaran para
ideologis untuk sesekali menyatukan pikiran, demi kemajuan. Sebuah tempat
kadang membutuhkan kehidupan tanpa perdebatan. Jika sesuatu dapat dilakukan
bersama, kenapa harus memendam rasa? “Aku” dalam puisi di atas mengungkapkan
bahwa suatu perkumpulan atau sebut saja organisasi yang memiliki aturan, hanya berharap
kepada para anggotanya untuk sejenak saja mengedepankan ide dan meninggalkan
ideologi, hanya ketika berada di dalam organisasi itu, demi kemajuan
organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar