Berterima kasihlah,
Maka kau akan mendapatkan,
Bersabarlah,
Maka kau akan memperoleh,
Berjuanglah,
Maka kau akan meraih,
Dan sibukkanlah dirimu dengan memikirkan orang-orang yang
menyayangimu
Teman, kadang kita gak sadar bahwa orang yang berada di dekat kita
adalah orang yang benar-benar membenci kita. Bahkan, parahnya, kadang kita tak
sadar kenapa dia membenci kita. Ada sebuah kisah mengenai dua orang yang telah
bersahabat selama bertahun-tahun, tetapi kemudian salah satu diantara mereka,
menjauh, entah kenapa. Sebut saja keduanya adalah si A dan si B.
Suatu hari si A terheran-heran oleh sikap si B yang berubah drastis
dan kontras. Si B seolah menghindarinya, enggan menyapanya bahkan sangat jijik
melihatnya. Si A penasaran dengan tingkah si B yang kini berubah. Melalui Short
Service Message (SMS), si A bertanya kepada si B, “ Knp menghindar? Ada
yang salah? Aq punya salah?”. Tak lama kemudian si B me-reply “G, g da yg
salah…, km jg g salah, aq cuma ngerasa sakit n pengen nangis klo liat km, aq g
bisa”.
Deg!. Sembari menahan keterkejutan, dengan rasa penasarannya, si A
pun membalas, “Maaf kalau aq punya salah, tapi tolong ngomong, aku g ngerti”.
Dalam hitungan detik, HP si A berdering, menunjukkan cahaya dan memperlihatkan
tulisan 1 messege received. Dengan hati yang tak karuan, dia membukanya,
membaca, “Maaf, km g da slh”.
Dalam hati si A bertanya-tanya, apa yag salah pada dirinya…Sebegitu
jahatkah aku, hingga sahabatnya sakit hati ketika melihatnya?. Seberapa
besarkah kebencian si B pada si A, sehingga membuatnya ingin menangis ketika
melihatnya?
Pesan pendek itu adalah pesan pendek terakhir yang si B kirim untuk
si A. Setelah itu, selama tiga bulan, seolah tak kenal sahabatnya. Dia terus
dan terus menghindar. Bahkan, tak sedikitpun dia memberikan senyumannya ketika
dia berpapasan dengan si A, meskipun si A berusaha tersenyum dan bahkan kadang
menyapa. Hari demi hari si A jalani tanpa si B. Akhirnya, setelah berbagai
usaha dilakukan si A untuk mendekati si B, si A memilih untuk tetap berlaku
seperti tak terjadi apa-apa. Dia pasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta. Dalam
linangan air mata, Si A berusaha mengucap terima kasih, atas apa yang
diberikanNya kepadanya. Ucapan terimakasih karena telah memberikan kesempatan
untuk menjadi sahabat si B. Dia hanya berharap, jika memang DIA mengijinkan,
maka ijinkanlah mereka dekat kembali.
Doanya tak sia-sia. Setelah tiga bulan, melalui seorang dosen,
kebetulan mereka berada dalam satu kelompok belajar. Sejak itulah, sedikit demi
sedikit, mereka kembali dekat, meski tak sedekat sahabat, melainkan teman
biasa. Rasa syukur tak terkira, yang dirasakan si A. Begitu besar kekuatan doa.
Akan tetapi, tak berjalan lama. Dalam sebuah kegiatan kelompok yang
berjalan selama satu bulan, si B tiba-tiba kembali menghindar. Tentu saja, si A
kembali tak tahu apapun. Dia tak tau sama sekali sebabnya. Hingga saat ini.
Dalam tangis yang kesekian kalinya, dia hanya mampu berdoa, memohon dan terus
memohon, agar Sang Penguasa memberikan jawaban atas semua yang terjadi. Seorang
guru memberinya nasihat, ketika dia berusaha mengungkapkan apa yang terjadi
padanya.
“Berterima kasihlah, Maka kau akan mendapatkan. Bersabarlah, Maka
kau akan memperoleh. Berjuanglah, Maka kau akan meraih. Dan sibukkanlah dirimu
dengan memikirkan orang-orang yang menyayangimu”, tutur sang guru.
Ya…, itu lah yang diungkapkan sang guru pada anak didiknya.
Kemudian beliau menjelaskan pada si A akan maksud perkataanya. “Sayang, Kamu
memang harus berterima kasih pada orang-orang yang menyayangimu, karena mereka
telah mengajarimu bagaimana caranya manyayangi. Tapi jangan luapa untuk
berterimakasih juga pada orang-orang yang membencimu, karena merekalah yang
selalu melatihmu untuk sabar. Berjuanglah untuk membuktikan bahwa kamu tak
seburuk yang mereka katakan, agar kamu selalu menjadi lebih baik. Dan
sibukkanlah dirimu untuk memikirkan orang yang menyayangimu, agar hidupmu
bermanfaat, baik untuk orang yang menyayangimu ataupun yang membencimu. Dan
tetaplah berdoa”, jelasnya penuh kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar