Selamat Datang Di Blognya Ozy Shira

Minggu, 22 Juni 2014

Para Pejuang Tangguh

Para Pejuang Tangguh
Salatiga, 14 Juni 2014
Sosok itu berjalan setengah membungkuk, memikul keranjang bambu, sembari berusaha memperdengarkan suara paraunya di antara kerumunan mahasiswa.
“Taaapee…taaapee…”, ya, itu yang dia ucapkan di sepanjang jalanan kampus.
Dia terus berucap, meski tak satupun orang menghiraukannya. Dia terus berjalan di bawah terik sang surya yang tengah memuncak, tepat diatas kepala.
Deg! Deg!…Serasa jantung ini berdetak semakin kencang, dan mata ini…seakan enggan berbinar. Aku malu. Aku benar-benar malu pada diriku sendiri. Aku malu pada dunia, dan aku malu kepada NYA. Allah menciptakan laki-laki berkepala delapan itu, sebagai sosok yang terlalu kuat, lalu DIA memperlihatkannya padaku. Tak cukup lama dia berada dihadapanku karena aku harus segera pergi dari tempat itu. Sungguh menyesal hati ini, ketika aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Jarum jam menunjuk pukul delapan malam. Aku beranjak pulang, berjalan menyusuri trotoar menuju terminal, DIA mempertemukanku dengan sosok kuat itu kembali. Di tengah kegelapan malam tampak seorang kakek terduduk melepas lelah di emperan sebuah toko. Entahlah, tiba-tiba kaki ini melangkah dengan sendirinya, berusaha mendekat.
“Pak, niku tape nggih?? Pintenan pak?”, tanyaku seolah aku adalah pecinta tape.
“Nggih monggo mbak, sak kersane…”, kata lelaki tua dengan penuh ketulusan.
Aku memandanginya, rambut putihnya setengah tertutup caping, keriput di wajahnya sangat kentara, dan tubuhnya seolah tinggal tulang. Perlahan aku mengajaknya bicara, sembari menunggu tapeku di bungkus, meski aku masih tak tahu, mau ku kemanakan makanan itu nantinya.
Kakek itu berasal dari Karanggede, dan dia tengah berjualan di Salatiga. Penjual keliling. Berkilo-kilo kakinya melangkah, tanpa kenal lelah. Jari- jari kakinya yang kering berdebu, hanya beralas sandal jepit yang tak cukup indah dilihat.
“Lha, mangkih sare pundi, Pak?”
“Nggih niku ta, ten Masjid Pendowo…”, ujarnya penuh semangat, lalu dengan lebih semangat dan penuh kebanggaan dia mengatakan bahwa anaknya, adalah seorang santri yang tengah menghafal Al Qur’an di sebuah pesantren di Salatiga.
Teman, Kakek itu terlalu kuat, atau kita yang terlalu mudah putus asa?
Hanya demi pendidikan pesantren untuk anaknya, dia rela berjalan kaki, menghabiskan waktunya hanya untuk menjual tape yang keuntunganya tak seberapa. Bahkan mungkin, hanya sekedar untuk ongkos Salatiga-Karanggede pun tak akan cukup.
Lalu…kita???
Bagaimana dengan kita???
Atau hanya aku??? bukan kita???
            “Aku” sebagai anak, atau “aku” sebagai manusia pada umumnya….???
Teman. Ozy cm pengen berbagi, semoga bermanfaat…JJJ

Aku pikir, “Akulah Gatut Kaca”, tapi ternyata bukan. Atau mungkin belum?. Begitu banyak para pejuang tangguh yang selama ini lalu lalang dihadapanku, tapi aku tak sadar. Dari kekek penjual koran di kampus, kakek penjual bunga kertas dan kakek penjual kacang kedelai di alun-alun, hingga bapak penjual bak Pau.
Setiap jarum jam menunjuk pukul 09.30 WIB, seorang kakek berbaju krem kecoklatan berjalan lamban menuju Mading kampus, tempat dimana mahasiswa berkerumun menunggu jam kuliah selanjutnya tiba. Terlihat sebuah tas kandi berwarna putih lusuh menggantung di bahunya, terapit diantara lengan kanan dan tubuhnya. Tangan kirinya melipat, memeluk setumpukan koran harian. Dengan suara lemas, nyaris tak terdengar, dia berkata pada kerumunan, “kooran…,kooran…”.
Pukul 14.00 WIB, seorang lelaki paruh baya tampak berjalan menjunjung rantang besar di atas kepalanya, sembari bersuara lantang “ Bak Paunya maaas, Mbaaak… Bak Pau…! Cuma 2000…”. Pukul 16.30 WIB, seorang kakek usia tujuh puluhan mendorong gerobak berisi kacang kedelai, di sepanjang alun-alun kota Salatiga. Kemudian di waktu lain, di alun-alun kota, tampak seorang kakek penjual bunga kertas yang hanya berharga Rp 300,- menunggui gerobaknya, berharap ada yang datang membeli dagangannya.

Mereka semua adalah Para Pejuang Tangguh yang hampir setiap hari membuat mataku terbuka, lalu memaksaku untuk tak pernah berhenti melangkah. Sekali lagi, Ozy Cuma pengen berbagi. Mungkin bahasa dalam tulisan ini masih terlalu buruk untuk pembaca. Tapi, gak usah dilihat bahasanya ya…direnungin isinya aja. Semoga Bermanfaat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar