Mungkin aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku melihat
dunia. Saat aku baru saja lahir dari Rahim bunda. Ketika ayah membisikkan salah
satu dari 99 nama “الله اكبر ” yang artinya Allah Maha Besar. Frase
pertama yang menyatakan ukuran, yaitu “besar”, dan merupakan frase pertama yang
mengajariku bahwa 99 – 1 = 98. Sebuah perhitungan yang menyatakan bahwa aku
masih harus mengenal 98 nama lagi setelah 1 diantara 99 nama kuketahui dari
bisikan adzan. Dan orang – orang menyebut perhitungan itu sebagai pengurangan.
Pada masa selanjutnya, di setiap hari
kelahiranku, mereka menyebutkan angka dengan kalimat “umur kamu sekarang 1 / 2
/3 /4 /….. tahun, nak”. Sebuah kalimat yang memberitahuku bahwa angka itu tak
terhingga, yang disimbolkan dengan “∞”. Kalimat tersebut juga secara tidak
sengaja mengajariku bahwa ketika usiaku 2 tahun, pada tahun berikutnya usiaku 3
tahun, yang artinya 2 + 1 = 3. Mungkin disini aku mulai mengenal penjumlahan.
Saat usiaku menginjak usia anak yang mulai
belajar memahami satu sama lain, Mak (baca: Bunda) membiasakan aku untuk saling
berbagi. Suatu hari ketika hendak makan, Mak berkata, “Nduk, maem sik karo
ndok dadar gulo…, tapi mbak dingengei” (“Nak, makan dulu pakai telur dadar
nih…, tapi sisakan untuk kakak”) dengan membawa piring berisi selembar telur
dadar. Kemudian aku melihat Mak mengambil sendok dan pisau, lalu memotong telur
dadar itu menjadi 2 bagian yang sama besar. Disini secara tidak langsung, Mak
mengajariku bahwa selembar telur yang dimakan 2 orang harus dipotong menjadi 2
bagian sama besar. Dalam kalimat perhitungan ditulis 1 : 2 = 1/2. Angka pecahan
pertama yang kukenal berasal dari kalimat yang orang- orang sebut dengan nama pembagian.
Pada waktu yang lain, ketika aku mulai
mengenal tentang kepedulian secara tidak langsung Mak mengajariku, lagi-lagi
dengan hal yang sangat sederhana. Ketika beliau mengajakku pergi ke warung
untuk berbelanja, kemudian aku meminta jajan, Mak selalu berkata, “tumbase
dua, Nduk… !, Mbak ngko satu…” (“Belinya
dua, Nak… !, Nanti kakak satu…”). Kalimat ini, memberitahuku bahwa jika ada 2 orang
yang menginginkan 1 jenis benda, maka bendanya harus ada 2. Jika ditulis dengen
angka, maka 1 x 2 = 2. Kebanyakan orang menyebut kalimat itu sebagai kalimat perkalian.
Keempat istilah yang secara tak langsung
aku kenal tanpa nama itu kini kukenal dengan istilah pengurangan, penjumlahan,
pembagian dan perkalian. Kemudian, seiring dengan pertumbuhan akal dan
pemikiaranku, sekolah memberitahuku bahwa istilah – istilah itu orang – orang sebut
dengan istilah MATEMATIKA. Sejak aku mengenal istilah terakhir tersebut,
aku sadar, bahwa aku tak bias hidup tanpa perhitungan matematika. Semakin
berkembang pemikiranku, semakin besar pula rasa penasaranku padanya. Sehingga
aku berusaha mencari tahu segala hal tentangnya. Aku mempelajari apa yang ada
padanya, hingga aku mengenal sifat – sifatnya, seperti komutatif, asosiatif dan
distributive. Lebih dalam lagi aku mengenal tentang Geometri, Aljabar,
Algoritma, Integral , dan istilah – istilah lainnya yang terus memancing rasa
ingin tahu.
Setelah aku mengenal banyak hal tentangnya,
aku terus menjaganya dalam pikiranku, agar tetap ada, dan aku rasa aku tak
ingin kehilangannya. Baru kini aku tahu, aku selama ini telah JATUH CINTA pada
MATEMATIKA.
NB: hanya cerita iseng… hehe. Thanks a lot
for reading my sentences.
Salatiga, 17 September 2016 at 19:00 WIB
OZY SHIRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar