Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Washalatu
Wassalamu Ala Asyrafil Anbiya’i Wal Mursalin, Sayyidina wamaulana Muhammadin,
Wa Ala Alihi Washahbihi Ajma’in. Amma ba’du.
Bapak/ Ibu dewan juri lomba pidato Festival
Lomba Seni Siswa Nasional yang saya hormati, serta rekan-rekan peserta lomba
yang saya banggakan.
Yang pertama, marilah kita ungkapkan rasa
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, kesempatan,
dan kesehatan kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul di
ruangan ini dalam rangka Festival Lomba Seni Siswa Nasional, khususnya lomba
pidato. Semoga, acara ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan
kita semua.
Shalawat serta salam, marilah kita
sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membimbing
umatnya dari zaman kegelapan menuju cahaya. Semoga beliau senantiasa menjadi
suri tauladan bagi kita semua. Amin.
Terimakasih, saya ucapkan kepada dewan juri
serta rekan-rekan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berdiri
dan menyampaikan beberapa patah kata di hadapan rekan-rekan semua.
Rekan-rekan yang berbahagia,
Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan
pidato yang berjudul “Mengenal Budaya Daerah untuk Lebih Mencintai Indonesia”.
Seiring dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di Era Globalisasi ini, berbagai informasi dapat
dengan mudah sampai kepada kita. Dengan demikian, semakin mudah pula, budaya
asing masuk ke negara kita melalui berbagai media. Mungkin, secara tidak sadar
kita lebih mengenal budaya asing daripada budaya daerah kita sendiri. Marilah
kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, mana yang lebih kita kenal,
tarian daerah Indonesia atau tarian K- POP asal Korea? Mana yang lebih sering
kita nyanyikan, lagu-lagu barat atau lagu-lagu daerah? Mana yang lebih kita
hafal, nama para pahlawan negara atau artis-artis korea? Hanya diri kita yang
mampu menjawabnya.
Rekan-rekan sekalian,
Indonesia sudah dinyatakan merdeka sejak 17
Agustus 1945, akan tetapi tidakkah kalian sadari bahwa negara kita masih
dijajah? Parahnya, generasi muda yang menjadi harapan bangsa, justru menjadikan
penjajahan tersebut sebagai sebuah kebanggaan. Penjajahan modern bukan lagi pembangunan
jalan Anyer-Panarukan, bukan juga tanam paksa atau romusha. Penjajahan saat ini
adalah penjajahan budaya yang bahkan tidak dapat diselesaikan di medan
pertempuran. Bagaimana tidak? Saat
ini, para pemuda Indonesia lebih bangga ketika mampu menarikan dance K-Pop
asal Korea daripada menarikan tarian adat Indonesia. Lebih hafal lagu-lagu
barat daripada lagu-lagu daerah, bahkan lagu-lagu nasional pun sering kita lupa.
Lebih bangga menggunakan produk-produk luar negeri daripada hasil produksi
negara sendiri.
Sebagai
generasi penerus bangsa Indonesia, seharusnya kita bisa bersikap lebih
bijaksana dengan kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Dengan demikian, kita tetap bisa mempelajari kebudayaan asing tanpa
meninggalkan budaya sendiri. Kita bisa lebih menghargai perjuangan pahlawan
untuk mempertahankan kemerdekaan. Bukankah Indonesia lebih kaya akan budaya?
Indonesia terdiri dari berbagai suku yang masing-masing memiliki budaya yang
tidak kalah menariknya dengan negara lain. Haruskah kita menunggu budaya negara
kita diakui oleh negara lain dahulu, baru kita sadar bahwa kita pemiliknya? Pernahkah
kalian dengar bahwa beberapa tahun silam, pakaian batik sempat diakui oleh negara
lain sebagai miliknya? Atau kalian juga pernah mendengar bahwa Tari Reog
Ponorogo dari Jawa Timur, Tari Barong Bali, Tari Pendet dari Bali, Tari Tor-tor
dan Gordang Sambilan dari Sumatra Utara juga hampir diakui oleh negara
tetangga? Hal demikian terjadi karena bangsa indonesia kurang sadar akan pentingnya mengenal dan melestarikan budaya
Negeri.
Oleh sebab
itu, sebagai wujud rasa cinta tanah air, sebagai mana sumpah yang kita ucapkan
setiap 28 Oktober, marilah kita wujudkan Sumpah Pemuda kita, dengan tetap
melestarikan budaya Indonesia. Dengan demikian kita dapat menunjukkan pada
dunia bahwa kita adalah Bangsa Indonesia. Marilah kita perkenalkan pada dunia
bahwa Indonesia adalah “Bhineka Tunggal Ika” yang meskipun berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. Tidak masalah, kita berbeda suku bangsa, daerah dan budaya, kita
tetap generasi muda Indonesia. Dan satu hal yang perlu kita ingat, bahwa
keanekaragaman budaya Indonesia adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya.
Akhirul
kalam. Billahi Taufiq Wal Hidayah. Wa Ridho Wal Inayah.
Wassalamualaikum,
Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar