PIRAMIDA---
MESIR, bangunan limas yang dibangun pada zaman Mesir Kuno.
Sedikit cerita,
pada zaman pra-sejarah, masyarakat Mesir Kuno terbiasa menggali lubang di
tengah padang pasir, untuk mengubur manusia yang meninggal. Mereka menanam
mayat di tengah padang pasir, karena tanah subur yang berdekatan dengan Sungai
Nil, terlalu berharga jika hendak dijadikan sebagai kuburan.
Cuaca di Mesir
yang panas dan kering, tentu saja memungkinkan proses pengawetan secara alami.
Jika sesuatu ditanam dalam lubang pasir yang kering dengan kelembaban rendah,
ia akan mengalami dehidrasi dan awet
secara alami, karena bakteri memerlukan kelembaban untuk membusukkan
sel-sel tubuh. Namun, kondisi padang pasir yang sering kali berangin
menyebabkan pasir tertiup, sampai akhirnya mayat yang tadinya ditimbun, tampak
lagi di permukaan dan menjadi sasaran binatang liar. Karena itulah, orang Mesir
Kuno berusaha mencari solusi dari masalah tersebut.
Awalnya, mereka
masih menimbun mayat di tengah-tengah padang pasir, hanya saja, mereka
membangun sebuah bangunan segi empat di atasnya, agar pasir di pemukaan kuburan
tidak terbawa angin. Mereka menyebutnya, “Mustabah”, bangunan berupa susunan
batu yang menyerupai rumah satu tingkat tanpa jendela.
Seiring dengan
perkembangan zaman, mustabah berubah menjadi lebih canggih. Tidak lama setelah
zaman Raja Narmer, orang Mesir Kuno menggali lubang kubur lebih dalam kemudian
membangun kamar-kamar mayat didalamnya. Lalu mereka membangun mustabah di atas
kubur.
Kurang lebih
300-400 tahun setelah zaman Raja Narmer, tahta penguasaan Mesir Kuno silih
berganti, hingga sampai pada masa Raja Djoser. Pada masanya, seorang arsitek
bernama Imhotep memiliki ide untuk meletakkan mustabah yang lebih kecil di atas
satu lapisan mustabah. Hal itu dilakukannya hingga enam lapis mustabah.
Karenananya, mustabah tersebut dikenal sebagai “Piramid Tangga”. Piraimid ini
merupakan bangunan piramid sekaligus bangunan batu pertama pada masa Mesir
Kuno.
Beberapa waktu
setelah zaman Raja Ddjoser, datanglah Raja Sneferu. Sneferu bercita-cita untuk
membangun sebuah piramid yang sempurna, yaitu tidak bertangga seperti yang
dibangun oleh Raja Djoser. Maka dimulailah peembangunan “Piramid Meydum”. Namun,
percobaan pertama ini gagal. Piramid tersebut terlihat seperti sebuah bangunan
yang hampir tegak karena tepinya yang terlalu curam.
Kegagalan tidak
lantas membuat semangat Raja Sneferu surut. Ia kembali membangun piramida.
Namun percobaan kedua pun gagal. Raja Sneferu mencoba membangun piramida yang
sempurna, namun justru bengkok. Hal ini disebabkan oleh retaknya dinding
piramid, ketika bangunan tersebut telah mencapai separuh ketinggian. Hal ini
menyebabkan piramid tidak stabil. Sehingga, untuk megurangi beban berat,
susunan batu sedikit dimasukkan ke dalam, sehingga hasil akhir piramid terlihat
bengkok. Kemudian, piramid ini disebut “Piramid Bengkok”.
Dari pembengkokan
piramid tersebut, Raja Sneferu dapat menyimpulkan bahwa piramid tidak dapat
dibangun di atas pasir karena susunan batu-batunya akan bergerak menjadikannya tidak
stabil. Piramid harus dibangun di atas batu. Sampai akhirnya, Sneferu kembali
melakukan percobaan. Kali ini, ia berhasil membangun piramid limas yang
sempurna, yang direncanakan akan
dijadikan sebagai tempat peristirahatannya . Piramid ini dikenal dengan
“Piramid Merah”, karena ketika piramid
terkena sinar matahari, ia akan terlihat
kemerahan.
Setelah
penguasaan Raja Sneferu, anaknya yang bernama Khufu meneruskan cita-citanya. Raja Khufu membangun
“Piramid Giza yang Agung” di Giza. Kemudian, Raja Khafre, anak Raja Khufu pun
mewarisi kehebatan ayah dan kakeknya. Ia juga membangun piramid, namun, kali
ini ia juga membangun Sphinx, sebuah tugu berkepala manusia dan berbadan singa.
Piramid Raja Khafre adalah piramid terbesar kedua di Giza, setelah piramid
ayahnya. Selanjutnya, ada pula piramid terbesar di Giza yang ketiga, dibangun
oleh Raja Menkaure.
Ratusan tahun
kemudian, pemakaman raja-raja tidak lagi menggunakan piramid. Raja Tuthmosis I,
salah satu raja pada masa pemerintahan Dinasti ke-18, mengetaahui bahwa
piramid-piramid peninggalan Kerajaan Tua dan Kerajaan Pertengahan telah
digeledah, dan dirampok. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tidak dikuuburkan
di dalam piramida, ketika ia wafat. Ia memilih sebuah tempat kering kerontang bernama “Lembah
Raja-Raja”.
Al Hafiz,
Afareez Abd Razak. 2012. Misteri Firaun Musuh Para Nabi: Menyingkap Tabir
Peradaban Paling Berpengaruh Sepanjang Zaman. Jakarta: Zaytuna.