Selamat Datang Di Blognya Ozy Shira

Kamis, 21 Maret 2019

PIRAMIDA


PIRAMIDA--- MESIR, bangunan limas yang dibangun pada zaman Mesir Kuno.

Sedikit cerita, pada zaman pra-sejarah, masyarakat Mesir Kuno terbiasa menggali lubang di tengah padang pasir, untuk mengubur manusia yang meninggal. Mereka menanam mayat di tengah padang pasir, karena tanah subur yang berdekatan dengan Sungai Nil, terlalu berharga jika hendak dijadikan sebagai kuburan.

Cuaca di Mesir yang panas dan kering, tentu saja memungkinkan proses pengawetan secara alami. Jika sesuatu ditanam dalam lubang pasir yang kering dengan kelembaban rendah, ia akan mengalami dehidrasi dan awet  secara alami, karena bakteri memerlukan kelembaban untuk membusukkan sel-sel tubuh. Namun, kondisi padang pasir yang sering kali berangin menyebabkan pasir tertiup, sampai akhirnya mayat yang tadinya ditimbun, tampak lagi di permukaan dan menjadi sasaran binatang liar. Karena itulah, orang Mesir Kuno berusaha mencari solusi dari masalah tersebut.

Awalnya, mereka masih menimbun mayat di tengah-tengah padang pasir, hanya saja, mereka membangun sebuah bangunan segi empat di atasnya, agar pasir di pemukaan kuburan tidak terbawa angin. Mereka menyebutnya, “Mustabah”, bangunan berupa susunan batu yang menyerupai rumah satu tingkat tanpa jendela.

Seiring dengan perkembangan zaman, mustabah berubah menjadi lebih canggih. Tidak lama setelah zaman Raja Narmer, orang Mesir Kuno menggali lubang kubur lebih dalam kemudian membangun kamar-kamar mayat didalamnya. Lalu mereka membangun mustabah di atas kubur.  

Kurang lebih 300-400 tahun setelah zaman Raja Narmer, tahta penguasaan Mesir Kuno silih berganti, hingga sampai pada masa Raja Djoser. Pada masanya, seorang arsitek bernama Imhotep memiliki ide untuk meletakkan mustabah yang lebih kecil di atas satu lapisan mustabah. Hal itu dilakukannya hingga enam lapis mustabah. Karenananya, mustabah tersebut dikenal sebagai “Piramid Tangga”. Piraimid ini merupakan bangunan piramid sekaligus bangunan batu pertama pada masa Mesir Kuno.

Beberapa waktu setelah zaman Raja Ddjoser, datanglah Raja Sneferu. Sneferu bercita-cita untuk membangun sebuah piramid yang sempurna, yaitu tidak bertangga seperti yang dibangun oleh Raja Djoser. Maka dimulailah peembangunan “Piramid Meydum”. Namun, percobaan pertama ini gagal. Piramid tersebut terlihat seperti sebuah bangunan yang hampir tegak karena tepinya yang terlalu curam.

Kegagalan tidak lantas membuat semangat Raja Sneferu surut. Ia kembali membangun piramida. Namun percobaan kedua pun gagal. Raja Sneferu mencoba membangun piramida yang sempurna, namun justru bengkok. Hal ini disebabkan oleh retaknya dinding piramid, ketika bangunan tersebut telah mencapai separuh ketinggian. Hal ini menyebabkan piramid tidak stabil. Sehingga, untuk megurangi beban berat, susunan batu sedikit dimasukkan ke dalam, sehingga hasil akhir piramid terlihat bengkok. Kemudian, piramid ini disebut “Piramid Bengkok”.

Dari pembengkokan piramid tersebut, Raja Sneferu dapat menyimpulkan bahwa piramid tidak dapat dibangun di atas pasir karena susunan batu-batunya akan bergerak menjadikannya tidak stabil. Piramid harus dibangun di atas batu. Sampai akhirnya, Sneferu kembali melakukan percobaan. Kali ini, ia berhasil membangun piramid limas yang sempurna, yang  direncanakan akan dijadikan sebagai tempat peristirahatannya . Piramid ini dikenal dengan “Piramid Merah”,  karena ketika piramid terkena sinar matahari, ia  akan terlihat kemerahan.

Setelah penguasaan Raja Sneferu, anaknya yang bernama Khufu  meneruskan cita-citanya. Raja Khufu membangun “Piramid Giza yang Agung” di Giza. Kemudian, Raja Khafre, anak Raja Khufu pun mewarisi kehebatan ayah dan kakeknya. Ia juga membangun piramid, namun, kali ini ia juga membangun Sphinx, sebuah tugu berkepala manusia dan berbadan singa. Piramid Raja Khafre adalah piramid terbesar kedua di Giza, setelah piramid ayahnya. Selanjutnya, ada pula piramid terbesar di Giza yang ketiga, dibangun oleh Raja Menkaure.

Ratusan tahun kemudian, pemakaman raja-raja tidak lagi menggunakan piramid. Raja Tuthmosis I, salah satu raja pada masa pemerintahan Dinasti ke-18, mengetaahui bahwa piramid-piramid peninggalan Kerajaan Tua dan Kerajaan Pertengahan telah digeledah, dan dirampok. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tidak dikuuburkan di dalam piramida, ketika ia wafat. Ia memilih sebuah  tempat kering kerontang bernama “Lembah Raja-Raja”.

Al Hafiz, Afareez Abd Razak. 2012. Misteri  Firaun Musuh Para Nabi: Menyingkap Tabir Peradaban Paling Berpengaruh Sepanjang Zaman. Jakarta: Zaytuna.